Ads 468x60px

Tuesday, December 21, 2010

Mengenal Jalaluddin Rumi


“Mengenal Jalaluddin Rumi”
Bastian Zulyeno. MA.

”aku bukan Kristen, Yahudi, dan Muslim
 aku tak berasal dari Timur atau Barat,
 tidak dari darat atau lautan”

Di atas adalah penggalan dari bait puisi Rumi yang  mengingatkan kita untuk menjunjung nilai toleransi. Asli wujud manusia adalah cinta, Tuhan menciptakan manusia juga karena cinta yang ingin disembah melalui ibadah. Rumi memiliki keyakinan bahwa manusia memiliki jiwa asli yang berpotensi menciptakan persatuan, walau dalam kehidupan ini tak luput dari perbedaaan, tapi dalam perbedaan itulah akan kembali kepada kesatuan. Dalam hal ini, Ia juga menekankan bahwa hanya dengan syariat, akhlaq dan tariqat dapat menuju hakikat, yang disanalah momen ekstase bagi manusia sebagai tuntutan dari asli wujud penciptaannya.

Tahun 2007 UNESCO menetapkan sebagai tahun Rumi dan tahun Imigran yang diperingati di berbagai penjuru dunia termasuk di Indonesia. Karena pada tahun 2007 tepat 800 tahun Rumi. Karya-karyanya tak luntur oleh waktu justru semakin bersinar di tengah kehidupan materialistis. Siapakah orang ini? Sangat disayangkan kita yang tinggal di negeri Persia ini tidak tahu/mengenal Rumi, sementara di Barat sana orang sibuk “menyelam di lautan” karya-karyanya. Jalaluddin Muhammad ibn Sultan al Ulama Bahauddin Muhammad ibn Huasain ibn khatibi Bakri Balkhi, adalah penyair agung sufi terbesar Persia, lahir di Balkh, Afghanistan sekarang pada tanggal 30 September 1207 (6 Rabi’ul Awwal 604 H). Khudavandegar adalah gelarnya. Nama Rumi dinisbahkan kepadanya sebagai takhallus (nama pena) karena Ia menjalani sebagian besar hidupnya di Anatolia, Turki sekarang. Sebelum direbut oleh dinasti Saljuq, wilayah ini merupakan bagian dari kekaisaran Romawi Timur atau Byzantium.

Pada akhir abad ke 11 Perang Salib pertama meletus dan secara bergelombang terus berkobar selama tujuh kali hingga terhenti pada akhir abad ke 13 M. Pada tahun 1200 M Jengis khan membawa pasukan Mongol menaklukkan negeri-negeri Islam di kawasan Asia tengah dan Persia. Pada tahun 1256 M ibukota kekhalifahan Abbasiyyah, Baghdad diserbu dan diratakan dengan tanah. Dalam tahun-tahun kegelapan itu Rumi dibesarkan dalam pengungsian (imigran). Ketika usianya baru tiga tahun dia telah dibawa mengungsi oleh orang tuanya dari kota kelahirannya Balkh menuju Neyshabur, Khorasan,Timur Daya Iran. Diriwayatkan pula ketika Rumi kecil dan kelaurganya sampai di Neishabur mereka bertemu dengn Fariduddin Atthar, seorang Sufi besar penulis buku Mantiqu at Thair (Parlemen/Musyawarah Burung). Dalam pertemuan singkat itu Atthar memandang Rumi dan menghadiahkan bukunya asrar nameh (kompilasi segala rahasia) kepadanya. Atthar kepada sang ayah berpesan bahwa putramu ini kelak akan membakar para pecinta. Tahun 1220 kota ini juga diserbu Jengis Khan. Rumi dan keluarga mengungsi lagi ke Baghdad. Dirsakan tidak aman di tempat baru ayahnya membawa Rumi ke Mekkah, kemudian Palestina, Damasqus dan Libanon. Pada tahun 1221 keluarga Rumi menetap di Laranda dan pada akhirnya empat tahun kemudian pada usia 24 tahun Rumi menetap di Konya, Turki sekarang hingga akhir hayatnya. Pada tahun 1225 Sultan Alauddin Keyqabud -penguasa Anatolia saat itu- meminta ayah Rumi Bahauddin Walad yang juga seorang ulama besar untuk tinggal di Konya beserta keluarga.

Dengan bantuan Sultan pemurah itu Bahauddin Walad mendirikan sebuah madrasah besar di Konya yang mampu menampung ratusan murid. Ketika itu Konya menjadi pusat baru kebudayaan dan pendidikan keagamaan menggantikan kota-kota lain yang hancur akibat serangan bengis sang Jengis Khan bersama pasukan Mongolnya.

Sampai usianya 35 tahun, tidak tampak tanda bahwa Rumi berhasrat menjadi seorang sufi apalagi penyair. Dia memang telah mempelajari tasawwuf pada Syeikh Al Tarmizi, seorang sufi terkemuka dari Khorasan yang datang ke Konya pada tahun 1232. Bahkan ketika Rumi belajar di Madrasah Tinggi Halawiyah, Aleppo, dia sempat memperdalam studinya dalam ilmu tasawwuf, sastra dan tafsir Al Quran metode sufistik. Kehidupannnya setelah itu hanyalah mengajarkan ilmu-ilmu formal keagamaan. Tetapi pada usia 37 tahun setelah pertemuanya dengan Syamsuddin Tabrizi seorang darwish pengembara sufi dari Tabriz Iran, yang hadir di Konya, pada tahun 1244, terjadilah  revolusi ruhani dalam kehidupan dan keperibadian Rumi.

Pengalaman religius yang paling dalam adalah sebuah mysterium ineffabile, sebuah pengalaman yang tidak terlukiskan. Pengalaman itu mengatasi ruang dan waktu  sehingga karenanya, ia pun tidak dapat diekspresikan secara memadai oleh kata-kata yang terikat oleh ruang dan waktu (Annemarie Schimmel)

Dalam karya-karya Rumi, manusia diajak melakukan perenungan terhadap keindahan duniawi sebagai fase persiapan sebelum ia mampu merenungkan keindahan abadi Tuhan yang tiada terbandingkan. Masih menurut Schimmel, manusia tahu bahwa tidak ada simbol, tidak ada bentuk apapun di dunia ini, seimpressif apapun dia, yang bisa mengekspresikan secara memadai kelainan yang bersifat total (the total otherness) dari Realitas Ketuhanan. Sebabnya adalah karena pada setiap momen, Realita Ketuhanan itu menyingkapkan kedalaman-kedalaman, horison-horison, serta kemungkinan-kemungkinan baru di hadapan jiwa yang takjub. Rumi dalam salah satu puisinya menggunakan kisah klasik India tentang gajah guna memperlihatkan kelemahan pemahaman dan kata-kata manusia: dalam sebuah rumah yang gelap, orang yang memegang telinga gajah tersebut akan berpikir bahwa sang gajah sama seperti kipas, orang yang memgeng kakinya akan mengira sama seperti sebatang kayu atau pilar, sementara orang yang memegang belalainya akan berpendapat bahwa gajah sama seperti pipa. Setiapa kata hanya dapat melukiskan salah satu aspek dari realitas yang tak terhingga.

Seperti dikemukakan di awal tulisan bahwa dengan cintalah manusia tercipta. Demikian juga Rumi berpendapat bahwa untuk memahami kehidupan dan asal-usul ketuhanan dirinya, manusia dapat melakukannya melalui jalan cinta. Cinta adalah keinginan yang kuat untuk mencpai sesuatu, untuk menjelmakan diri. Secara teologis, cinta diberi makna keimanan, yang hasilnya adalah haqqul yaqin, keyakinan yang penuh kepada Yang Haqq (Abdul Hadi).

Allah swt berfirman:  allah mencintai mereka dan mereka mencintai allah (al- Maidah 54). Sang kekasih adalah Dia Yang Tunggal, Ahmad Ghazali seorang sufi besar Persia yang juga adik kandung Imam Ghazali menguraikan makna cinta dengan sangat indah dalam bukunya savane eshgh, “Ruh datang dari ketiadaan munuju perbatasan wujud saat itu ruh sedang menunggu tunggangan cinta. Pada permulaan wujud aku tak tahu apa dicampur apa, jika zat adalah ruh maka sifat zat adalah cinta dan ruh melihat rumah kosong lalu menempatinya”

Dalam penuturannya tentang cinta mistik, Rumi melantunkan kerinduan, kesedihan, serta kegembiraannya dalam rangkaian simbol-simbol yang tak berujung –tanpa permulaan- (karena sang kekasih tiada bermula), tanpa akhir, serta tanpa terma-terma yang memadai. Ia kadang menggunaka beberapa konsep yang sama, tetapi dengan makna yang sunggu berbeda. Pada saat yang lain Rumi juga mengembangkan makna bathin (inner meaning) dari sebauah kata yang tunggal dengan cara yang luar biasa indah dan puitis. Semua itu dilakukannya untuk membawa para pembaca kepada kedalaman pengalaman spritualnya.

Jika berusaha menemukan beberapa pola utama dalam simbolisme dari puisi-puisi Rumi tanpa memaksakannya untuk menjadi sebuah sistem pemikiran teologis, maka kita akan langsung melihat bahwa ia menggunakan banyak gambaran tentang gejala-gejala alam. Memang inilah salah satu karakteristik puisinya yang dalam istilah penulis sendiri sebagai “refleksi langit di bumi”. Artinya Rumi mengajak kita tidak memandang alam dan fenomenanya dengan sederhana. Terlalu dangkal logika kita jika hanya melihat keindahan pohon dan berhenti pada kalimat impressif, tapi pohon adalah mediasi kita untuk melihat langit (Yang Maha Tinggi) atau manuver tuhan bagi manusia untuk merenungi gejala alam.

Karya-karya Rumi:
1.       Kulliyyat Syams atau Divan Syams (Tabrizi), kumpulan puisi yang terdiri dari 42.000 bait yang sebagian besar berbentuk ghazal. Lebih menceritakan hubungan ruhani dan maknawi dua insan. Rumi dalam buku ini menyebut nama sahabatnya Syams dengan simbolik berbagai rupa. Hingga cintanya yang mendalam itu mengalami tranformasi menjadi cinta transendental.
2.       Mastnawi Maknawi, Matsnawi adalah salah satu genre dalam sastra persia, ciri syair ini adalah setiap dua baris memiliki satu ritme (A-A). Matsnawi maknawi yang berarti maknan-makna atau rahasia-rahasia dalam ajaran agama merupakan karya agung sang Maestro. Terdiri dari 25.485 bait prosa lirik yang tersusun dalam enam jilid. Bila Kulliyyat Syams terobsesi dari perjumpaan Rumi dengan sahabatnya Syams, namun Matsnawi ini ditulis karena permohonan muridnya Husamuddin Chalubi kepada Rumi unutk menulis buku seperti Hadiqat Al Haqiqah ( Taman Hakikat) karya Seych Sana’I atau seperti Mantiq Atthair (Musyawarah Burung) karya Seych Atthar Neisyaburi. Abdurrahman Jami penyair sufi Persia abad 15 M, menyatakan jika karya Rumi ini adalah tafsir Quran dalam bahasa Persia.
3.       Fihi ma Fihi (Di Dalam Seperti Ada Yang Di Dalam) kumpulan ceramah beliau selama mengajar di majelis. Buku ini ditulis oleh putranya dan seorang murid terdiri dari 45.000 kata. Isinya kebanyakan dalam bentuk tanya jawab yang diselingi dengan berbagai macam kisah dan perumpamaan untuk kemudahan pemahaman makna.
Inilah tiga karya besar Rumi disamping karya-karya yang lain seperti Makatib dan Rubaiyyat.

”Pembicaraanku tidak lebih dari tiga hal
Aku dulu mentah, sekarang masak dan menjadi hangus” (Rumi)

Rumi sebagai seorang Arif sekaligus juga penyair membagi manusia dalam tiga fase, mentah, matang dan terbakar/hangus. Mentah adalah manusia yang belum mengenal dirinya sendiri.atau masih menganggap dunia adalah tempat aslinya. Kemudia matang fase ini Rumi mengistilahkan sebagai terlahir kembali, di mana seseorang sudah melewati fase syariat dan tariqat. Orang yang sedang menempuh jalan ini disebut sebagai Salik artinya yang sedang memempuh perjalanan. Menurut para ahli sufi manusia di dunia ini adalah musafir dan dunia ini adalah rumah singgah. Kita manusia berasal dari langit dan akan kembali ke langit. Hidup di dunia ini harus memiliki bekal cukup hingga sampai kepada- Nya. Fase terakhir adalah momen ekstase manusia yang menemui hakikat Yang Tunggal di situlah ia hangus terbakar karena wujud asli manusianya telah bersatu dengan cinta Sang Kekasih.

F.C. Happold (1960) memasukkan Rumi ke dalam tokoh terkemuka mistisme cinta dan persatuan mistis (unio mystica). Mistisisme jenis ini berusaha membebaskan diri dari rasa terpisah dan kesebatangkaraan diri, dengan menyatukan diri dengan alam dan Tuhan. Yang membawa rasa damai dan member kepuasan kepada jiwa. Karena merasa “kesendirian” mistikus cinta berusaha meninggalkan “diri khayali” yang rendah dan pergi menuju diri yang lebih agung, Diri Hakiki.

Dia yang tidak dilahirkan, Dia yang tidak diciptakan bagaimana mungkin lidah sang makhluk mengungkapkannya tanpa terbakar?
Sebagai penutup saya akan memuat Puisi Rumi yang bercerita tentang kesedihan atas perpisahan manusia dari tempat aslinya, semoga kita dapat sama-sama merenungkan hakikat hidup kita di dunia ini.

                    Surat Seruling

Dengarkan seruling ini sedang mengaduh
Dari perpisahannya dia mengeluh
Sejak dari alamku sampai aku terpotong-potong
Laki-Laki dan perempuan semua menangis

Kuinginkan hati terkoyak dari perpisahan, hingga
Aku dapat menjelaskan perih rindu ini
Siapapun yang terpisah dari aslinya
Akan mencari hari penyambung kembali

Di setiap kelompok di situ aku mengaduh
Hingga orang yang baik dan jahat menjadi temanku
Setiap orang hanya bisa menduga dari ceriaku
Tapi ia tak tahu rahasia dalam hatiku

Padahal rintihan dan rahasiaku tidak jauh
Tapi mata dan telinga mereka tak bercahaya
Jiwa bagi raga dan raga bagi jiwa keduanya muhrim
Tapi raga tak dapat melihat jiwa

Rintihan ini adalah api bukan angin
Kalau api ini tak ada anginpun takkan ada
Api ini adalah cinta yg bersemayam dalam seruling
Ini adalah buih mendidih di dalam arak

Semua seruling terpisah dari kawan-kawannya
Nada-nada itu berasal dari pita suara kami yang ia koyak
Selain seruling adakah perpaduan antrara racun dan penawar
Selain seruling adakah perpaduan antara penduka dan pecinta

Nada seruling adalah hati yg berdarah bagi pendengarnya
Nada seruling adalah semua kisah cinta majnun (dalam kisah laila dan majnun)
Muhrimnya rasa ini hanya untuk yang mati rasa
Karena pelanggan lidah hanyalah telinga

Dalam kesedihan kami hari-hari menjadi gelap
Hari-hari gelap dan hangus menjadi satu
Hari biarlah berlalu tak ada cemas
Tetaplah di sini karena tak ada yang sesucimu

Selain ikan semua bisa kenyang oleh air
Yang tak ada rizki maknawi dalam dirinya dialah yg tertinggal hari-harinya
Dalam kematangan tak da yang mentah
Baik…cukup sampai d sini wassalam

Lepaskan belenggu itu bebaslah hai anakku
Sampai kapan kau terkekang dari emas dan perak
Kalau kau tuangkan air laut dalam satu kendi
Sebanyak apa dapat ditampung? Hanya untuk satu hari

Kendi mata org tamak takkan pernah penuh
Tiram kalau bukan karena sabar takkan mengeluarkan mutiara
Siapa yg telah mengganti bajunya dengan cinta
Dialah yang bersih dari tamak dan cacat dunia

Gembiralah hai cinta periang naluri kami
Hai pengobat sejumlah penyakit kami
Hai obat takabbur dan petunjuk kami
Hai kau Plato dan Galenus kami

Badan yg berasal dari tanah ini karena cinta telah sampai kelangit
Gunung (Sina) dalam keadaan menari dan bergerak sudah
Hai para pecinta kasih jiwa gunung (Sina) telah datang
Gunung Tur terperangah dan nabi musa pun seperti melihat halilintar

Bibirku telah menyatu dengan bibir kekasih
Seperti yang seruling katakan telah kukatan
Siapapun yang terpisah dari teman satu suaranya
 Ia akan terdiam bisu walaupun memiliki 100 suara

Umpama taman bunga tanpa bunga
Takkan terdengar lagi kicauan bulbul d sana
Kekasih adalah segalanya dan pecinta adalah tabir
Kekasih tetap hidup walaupun pecinta mati

Ketika cinta tak lagi mengarah kepadanya
Ia bagaikan burung tanpa sayap itulah dia
Bagaimana aku bisa memiliki cinta
Kalau cahaya penolongku tak ada

Cinta ingin keluar dari cerita ini
Karena cermin tak dapat lagi memantulkan bayangan
Tahukah kau kenapa cermin itu tidak terang lagi
Karena wajah dari objek cermin itu tak bercahaya

(terjemahan Bastian Zulyeno, judul asli Ney Nameh puisi pembuka dari buku Matsnawi Maknawi)



HEGEMONI AS DAN RENAISANS ISLAM

HEGEMONI AS DAN RENAISANS ISLAM
Oleh: Kiki Mikail, SQ.

Dewasa ini sikap arogansi Amerika Serikat sangat terlihat sekali dalam kebijakan politik luar negerinya, utamanya terhadap negara negara Islam. Kesombongan dan keangkuhan tersebut dapat kita saksikan dalam bukunya mantan Menlu AS Henry Kissinger yang berjudul does America need a Foreign Policy? Toward a Diplomacy for The twenty-First Century (2001). Kissinger mengekspresikannya dengan ungkapan yang tepat mengenai apa yang sedang mendominasi atmosfer politik AS. Ia menulis, AS di penghujung abad ini tengah dan akan selalu menikmati kedigdayaannya yang bahkan belum pernah dirasakan oleh imperium terbesar manapun (Persia, Romawi, Yunani Kuno dan Khilafah Islam) pada permulaan sejarah ; Amerika bisa menguasai dominasi yang tidak tertandingi di seluruh penjuru dunia.
Berkaitan dengan kekuatan dan strategi militernya, Kissinger menambahkan,Angkatan bersenjata AS tersebar ke seluruh penjuru dunia dengan mudah dari Eropa Utara hingga Asia Tenggara, bahkan pangkalan-pangkalan ini akan berubah karena intervensi AS atas nama perdamaian menjadi kebutuhan militer yang permanen. Ia pun tak lupa menulis, AS adalah sumber dan penjaga institusi demokrasi di muka bumi ini. AS bisa menguasai sistem moneter internasional dengan kucuran akumulasi modal investasi yang jauh lebih besar, dengan kepuasan yang jauh menarik minat para investor, serta pasar ekspor asing yang sangat luas. Kebudayaan bangsa AS juga menjadi standar di seluruh pelosok dunia.
Upaya Amerika Serikat untuk menggenggam kekuasaan di seluruh dunia bukan lagi sesuatu keinginan yang bisa ditutup-tutupi. Setelah keruntuhan kekuatan Komunisme yang ditandai dengan runtuhnya Uni Soviet, satu-satunya penghalang besar bagi terwujudnya keinginan Amerika untuk menguasai dunia adalah Islam. Kekuatan dunia Islam sendiri berpusat di Timur Tengah, Afrika dan di beberapa Negara Asia Tenggara Seperti Indonesia, Malaysia dan Brunei Darussalam mendorong Amerika Serikat perlu melakukan upaya penangkalan dini. Realisasinya adalah dengan ‘melahirkan’ suatu kekuatan tertentu di kawasan Timur Tengah yang bisa menjadi ‘tangan kanan’ terdekat Amerika dalam mengendalikan perkembangan politik social yang terjadi di kawasan tersebut. Kekuatan yang dimaksud adalah Israel, sebuah negara yang dibentuk melalui suatu perjanjian rahasia dan dalam perkembangannya sangat membutuhkan dukungan dari Amerika.
Dalam pembelajaran mengenai Realisme, pembahasan hubungan kedua negara ini (US dan Israel) menjadi sangat penting, sebab banyak pengimplementasian konsep-konsep Realisme di dunia nyata yang terkandung dalam hubungan akrab Amerika Serikat-Israel ini, yang pada gilirannya akan membantu memudahkan dalam memahami fenomena hubungan internasional. Hubungan tersebut bagi Amerika merupakan bagian upaya memperkuat hegemoni sekaligus pencapaian self-interest, sedangkan bagi Israel, kedekatannya dengan Amerika Serikat sangat mendukung keberlangsungan hidupnya (survival).
Tim Dunne dan Brian C. Schmidt menjelaskan hegemoni sebagai suatu penyebaran pengaruh yang dilakukan negara super power terhadap negara lainnya. Dominasi dan Pengaruh Amerika Serikat memang tak pelak lagi sudah bisa dikatakan mendunia.
Kekuatan militer dan ekonomi menjadi pendukung utama Amerika dalam menanamkan pengaruhnya ke negara-negara lain khususnya negara-negara dunia ketiga dan Islam. Salah satu buktinya adalah dengan diizinkannya pasukan Amerika menggunakan wilayah Turki saat memporak-porandakan Irak.
tantangan terbesar bagi Amerika adalah kecenderungan menguatnya kekuatan Islam di dunia dengan didasarkan beberapa hal: keyakinan umat Islam bahwa antara muslim yang satu dengan muslim lainnya adalah bersaudara; kepemilikan minyak yang melimpah oleh negara-negara Islam (baik negara yang berdasarkan Islam maupun yang mayoritas penduduknya beragama Islam); dan terakhir, perkembangan energi nuklir di Republik Islam Iran.
Keyakinan umat Islam akan persaudaraan dan solidaritas yang ditunjukkan oleh sesama muslim nampak di antaranya melalui demonstrasi besar-besaran oleh umat Islam di berbagai penjuru dunia saat Amerika selalu membantu Israel untuk mengeksploitasi umat muslim di Palestina dan Lebanon.
Samuel P. Huntington, Professor dari Harvard University dalam thesisnya ‘The Clash of civilizations and the Remaking of World Order’ mengutarakan bahwa sumber utama konflik dunia saat ini bukan lagi ideologi atau ekonomi, melainkan budaya.
Kondisi tersebut, menurut Huntington didukung dengan kekuatan ekonomi negara-negara Islam yang berbasis pada kepemilikan sumber-sumber minyak, suatu komoditas yang begitu penting bagi dunia, temasuk bagi Amerika sendiri. Hal ini menjadi capabilities tersendiri bagi kekuatan Islam yang dengannya bisa memegang ekonomi dunia secara keseluruhan.
Perkembangan terakhir mengenai kepemilikan teknologi nuklir Iran (yang terakhir perkembangannya dibicarakan di Jenewa Swis), setelah sebelumnya Pakistan, semakin mempersulit Amerika dalam menancapkan, serta memperdalam, hegemoninya, terutama atas negara-negara Islam. Bagi Amerika, memiliki teknologi nuklir berarti berpeluang untuk memproduksi senjata nuklir, dan itu berarti ada kekuatan baru yang mulai dapat menyaingi kekuatan militer Amerika. Karenanya lengkap sudah faktor pendukung kekuatan Islam, atau lebih tepatnya seperti apa yang dikemukakan Bernard Lewis, kebangkitan kembali Islam (Islamic Revivalism), yang mampu memberikan hambatan besar dalam penyebaran hegemoni Amerika di muka bumi ini.
Kawasan Timur Tengah yang menjadi basis kekuatan Islam merupakan kawasan yang memerlukan ‘penanganan’ lebih oleh Amerika. karenanya AS melihat perlu ada suatu ‘kekuatan baru’ yang dilahirkan untuk menyeimbangkan kekuatan (menciptakan balance of power) di kawasan Timteng tersebut. Kekuatan tersebut adalah Israel, yang secara rutin tiap tahun memperoleh bantuan militer dari AS sebesar 2,4 milyar USD.
Dalam upaya membangun kekuatannya, Israel memiliki teknologi nuklir yang sudah jelas diarahkan pada pembuatan senjata nuklir. Terdapat setidaknya 200 hulu ledak nuklir yang dimiliki Israel. Israel pelan-pelan kini telah bermetamorfosis menjadi ‘senjata’ ampuh dan balance of power AS untuk mengendalikan kawasan tersebut.. Namun tetap, hal ini mendapat tantangan dari kekuatan Islam, terlebih dengan pendudukan Israel di tanah Palestina yang tentu akan semakin melecut ketegangan, yang pasti akan berdampak pula pada hegemoni Amerika di Timur Tengah.
Keberadaan Israel sangat tergantung pada dukungan Amerika. Sesaat setelah perjanjian Balfour ditandatangani pada tanggal 2 Februari 1917, presiden Amerika langsung memberikan konferensi pers yang intinya menyatakan kebanggaan dan dukungannya atas berdirinya negara Israel. Tanggal 14 mei 1948, hanya berselang sepuluh menit terbentuknya negara Israel, Presiden Amerika harry S. Truman langsung mengumumkan sikap resmi negaranya dengan mengakui negara Israel dan langsung membuka hubungan diplomatik secara resmi. Bahkan pada tanggal 19 Juni 1991 Kongres Amerika mengancam akan menghentikan bantuan militer dan mengenakan embargo kepada Yordania apabila tidak mengakui eksistensi Israel dan melakukan pertemuan perundingan dengan negara Yahudi itu sebagai usaha perdamaian kedua negara.
Kebutuhan dukungan dari AS atas keberadaan Israel menjagi urgen mengingat Israel berdiri di tanah Palestina, tanah yang seharusnya menjadi hak bagi bangsa Palestina. Perlawanan rakyat Palestina akan terus dilancarkan selama penjajah Israel masih bercokol di wilayahnya, dan hal ini sangat membahayakan bagi eksistensi Israel itu sendiri, di mana rakyat Palestina tentu akan memperoleh dukungan dari dunia Islam.
Umat Islam yang kini semakin merasakan kezaliman AS jika telah sadar dan menyadari secara penuh arogansi dan bahaya kebijakan AS tentu saja tidak akan tinggal diam untuk mengakhiri segala dominasi AS di Negara-negara Muslim. Namun tentu saja, hal ini akan jauh lebih efektif apabila solidaritas sesama umat Islam tumbuh secara ideologis dengan kekuatan politis yang didukung oleh suatu kekuatan Negara. Karena Islam adalah agama yang bukan hanya kompatibel, bahkan ia adalah inspirator kemajuan jaman atau modernisasi sebagaimana tertulis dalam bentangan sejarah 700 tahun the golden age of Islam. Wallahu a’lam












Ramadhan Tamu Istimewa

 Ramadhan Tamu Istimewa
Oleh: Dadan Maula Darmawan


Kedatangan seorang tamu bagi seseorang, apalagi tamu yang membawa segala yang diharapkan pastilah orang itu akan merasa riang dan gembira. Kenapa? Setidaknya, sang tamu dapat memenuhi harapan kita sebagai tuan rumah.
Bagi orang yang sudah memiliki keluarga dan anak-anak, kehadiran tamu   merupakan hal yang sangat menyenangkan, apalagi sang tamu sudah lama dinanti dan               diidam-idamkan dalam waktu yang begitu lama. Belum lagi bila sang tamu tergolong the have. Bukan tidak mustahil sang tamu dapat membantu meringankan beban materil tuan rumah.
Begitu pula kiranya dengan bulan Ramadhan. Bulan yang mulia, penuh berkah, bertabur pahala dan lipatan ganjaran kebaikan merupakan Sang Tamu Agung yang harus kita sambut dengan senang dan gembira.
Ramadhan adalah tamu yang banyak membawa keberkahan, nikmat, curahan pahala dan berbagai kebaikan. Sangat naïf sekali jika seorang Muslim tidak sadar akan kehadiran Sang Tamu Agung ini. Apalagi kalau sampai lalai dan baru sadar ketika sang tamu sudah akan pergi meninggalkan sang tuan rumah. Bukankah nabi saw. mengatakan bahwa jika seorang tamu datang berkunjung, ia membawa seribu berkah?
Karenanya, sebodoh-bodoh manusia adalah yang menyia-nyiakan waktunya di bulan Ramadhan dan dia tidak mendapat apapun di dalamnya.

Oleh karena itu, ada satu hal yang harus kita camkan dalam hati berkaitan dengan  Ramadhan ini: kita tidak boleh    melakukan apapun kecuali yang istimewa dan terbaik dalam         pandangan Allah.
Bulan Ramadhan adalah bulan yang mulia. Bulan ini dipilih  sebagai bulan untuk berpuasa dan pada bulan ini pula Al Qur’an diturunkan. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,“ Bulan Ramadhan yang diturunkan padanya Qur’an sebagai petunjuk untuk manusia dan keterangan-keterangan berupa petunjuk dan pemisah antara haq dan kebatilan”. (QS. al Baqarah: 185) maka sebagai rasa syukur kita kepada Allah SWT. dengan diturunkannya Qur’an kita diwajibkan berpuasa. Lanjutan dari ayat ini ialah; 
“Dan barangsiapa dari kalian menyaksikan bulan ini, maka berpuasalah“. Puasa merupakan ungkapan syukur kita kepada Allah SWT. Bersyukur atas diturunkannya Qur’an dengan puasa. Itulah rahasia diwajibkannya puasa pada bulan Ramdhan, tidak pada bulan-bulan lainnya.
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْ أُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِّنَ الْهُدَى وَ الْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَ مَنْ كَانَ مَرِيْضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيْدُ اللهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلاَ يُرِيْدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَ لِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَ لِتُكَبِّرُوا اللهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
                Dalam banyak Hadis disebutkan bahwa bulan Ramadhan adalah bulan yang paling mulia,  karena pada bulan tersebut Allah menurunkan Qur’an. Dan bulan Ramadhan dianggap sebagai pemimpin atau penghulu bulan. Kebaikan yang kita kerjakan pada bulan puasa pahalanya dilipat gandakan. Ada sebuah hadis qudsi yang berbunyi, “Puasa adalah milik-Ku dan Sayalah yang akan membalasnya.”
Puasa berarti menahan diri dari makan dan minum serta segala perbuatan yang bisa membatalkan puasa, mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari.
Tetapi secara harfiah puasa adalah Imsak atau menahan, menahan keinginan hawa nafsu untuk memenuhi target akhir yaitu mencapai derajat taqwa. (QS. 2: 183).

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, supaya kamu bertakwa”

Takwa kepada Allah merupakan langkah pencegah untuk menghadapi segala macam ketimpangan dan ketidakbenaran langkah manusia dalam lingkungan yang kita sendiri adalah bagian dari lingkuangan tersebut. Bertakwallah kamu kepada Allah di mana pun kamu berada, dan ikutilah kejahatan itu dengan kebaikan niscaya akan menghapuskannya. Dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang mulia (HR. Tirmidzi).
Hadits tersebut menjelaskan lebih tegas bahwa takwa dan rasa takut kepada Allah merupakan the instrument of self control bagi setiap pribadi Muslim.

Ketika kita menjalankan puasa, di saat berwudhu sebenarnya kita bisa saja korupsi air wudhu; kita telan sedikit ketika kumur-kumur. Rasanya, orang yang berada di samping kita pun tidak akan tahu bahwa kita sedang "korupsi". Tapi kenapa tidak pernah kita lakukan?                 Karena kita merasa bahwa ada yang mengontrol kita; Allah yang Maha Tahu. Inilah sala satu value dari puasa tadi yang sangat urgen untuk dimiliki dan tidak kita dapatkan di dalam ritual ibadah lainnya. Karena ibadah puasa merupakan ibadah yang bersifat private; yang tidak dapat orang lain mengetahui dan menilainya. Puasa adalah urusan antara Allah dan si pelaku dan Allah sendiri yang bakal menilainya.

Hikmah dari ibadah puasa itu sendiri adalah melatih manusia untuk sabar dalam menjalani hidup. Maksud dari sabar yang tertera dalam al-Quran adalah ‘gigih dan ulet’ seperti yang dimaksud dalam QS. Ali ‘Imran (3: 146)
وَكَأَيِّنْ مِنْ نَبِيٍّ قاتَلَ مَعَهُ رِبِّيُّونَ كَثيرٌ فَما وَهَنُوا لِما أَصابَهُمْ في‏ سَبيلِ اللهِ وَما ضَعُفُوا وَمَا اسْتَكانُوا وَ اللهُ يُحِبُّ الصَّابِرينَ
Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut(nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu serta tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar.
             Sungguh Ramadhan merupakan tamu istimewa yang datang menemui kita umat Islam. Tamu yang datang membawa limpahan pahala, penggandaan ganjaran, keutamaan-keutamaan ibadah dan sebagainya. Marilah kita sambut kehadirannya dengan hati yang bersih dan dada yang suci.
                Mudah-mudahan Ramadhan tahun ini lebih baik dari tahun sebelumnya dan semoga Allah swt., senantiasa membimbing kita dengan hidayah-Nya sehingga kita dapat melakukan yang terbaik pada bulan Ramadhan ini. Amin.

Wallahu a’lam bishshawab.