Ads 468x60px

Wednesday, May 19, 2010

Arsitektur dalam Perspektif Islam

Oleh: Halimatussa’diyah


Dalam ilmu asas perancangan kita akan menemukan berbagai definisi dan keindahan tentang arsitektur . Ada yang mengatakan bahwa Arsitektur adalah gubahan artistik, ada juga yang mengatakan Arsitektur ialah wadah kegiatan, yang satu lagi mengatakan Arsitektur Penggubah tingkah laku. Sedangkan ditengah ragamnya pendapat yang lain, ada juga yang menyatakan bahwa Arsitektur itu lambang budaya, dan seterusnya. Lantas manakah dari semua defini diatas yang benar atau paling tidak mendekati kebenaran? Semuanya benar tapi seperti yang disinggung di atas, tidaklah Seutuhnya benar, namun paling tidak mendekati kebenaran. Lalu apakah arti arsitektur seutuhnya itu?
Menurut catatan dari berbagai sumber, pengertian arsitektur seutuhnya adalah Central Of Design (pusatnya berbagai desain). Hal ini berdasarkan pada fakta bahwa hanya orang arsitek saja yang ketika mendesain suatu bangunan atau lainnya mesti memikirkan berbagai faktor hingga pada factor-faktor yang sebenarnya itu tidak terkait dengan arsitektur. Contohnya, ketika seorang arsitek ingin mendesain sebuah rumah sakit, ia harus mengetahui betul kebutuhan ruang seorang dokter dalam beraktivitas, ia juga harus mengetahui betul kebutuhan ruang bagi pasien, pengunjung dan lain sebagainya.
Hal ini diperlukan agar desain rumah sakitnya tidak justru memberikan kerugian bagi penggunanya padahal pengetahuan akan aktivitas dokter bukanlah pengetahuan arsitektur. Contoh yang lain, ketika ingin mendesain sebuah bangunan penangkal petir, ia harus mengetahui betul tentang kelistrikan. Hal ini diperlukan agar bangunan penangkal petir benar-benar menjadi penangkal bukan malah penyambar petir padahal, pengetahuan tentang kelistrikan bukanlah pengetahuan asitektur namun pengetahuan elektro. Begitulah arsitektur bisa dan memang harus ditempatkan sebagai Center of Design dilihat dari segi begitu banyak factor yang mesti dilihat ketika mendesain segala sesuatu.

Arsitektur Dan Islam
Sebelumnya, Banyak dari kalangan muslim dan non muslim yang meragukan fakta kedekatan Islam dengan dunia arsitektur. Beberapa keraguan diatas muncul diakibatkan mereka belum memahami secara benar apa arti hakiki Islam, bagaimana dan mengapa Islam dipilih oleh Allah Swt sebagai agama umat manusia dan ajaran yang paling paripurna. Pertama, orang-orang muslim yang tidak menyadari bahwa:
1. Di seluruh Dunia Islam, kesatuan arsitektural merupakan satu segi dari kesatuan umat dibawah Islam. Sebelum kedatangan Islam, kesatuan arsitektural belum ada. Sebelumnya, gaya arsitektur dimana-mana saling berbeda. Kesatuan gaya justru muncul bersama Islam, yaitu : saat arsitektur khas Islam mulai mendominasi, dengan memperbolehkan munculnya variasi-variasi untuk hal non-esensial, sehingga gaya tersebut bisa menyesuaikan diri dengan iklim setempat, serta hal-hal istimewa peninggalan nenek moyang atau pakem adat istiadat.

2. Karakteristik gaya-gaya arsitektur yang terdapat di seluruh Dunia Islam dilengkapi dan diilhami oleh Islam. Seluruh standar arsitektural tepat guna pertama-tama diterapkan di Madinah, Baitul Maqdis, Damaskus, Qayrawan, dan Baghdad, lalu menyebar ke seluruh Dunia Islam, seiring perkembangan dan penyebaran agama Islam.

3. Seperti halnya cabang seni rupa lain, arsitektur merupakan ekspresi keindahan umat Islam, sesuai dengan keunikan serta perbedaan pandangan mereka terhadap realitas, ruang, waktu, sejarah, sikap personal, serta hubungan organiknya dengan arsitektur. Islam merupakan agama yang lengkap dan sangat komprehensif, baik pandangan hidup maupun kebendaannya. Pengaruh Islam meresap ke seluruh sendi kehidupan. Islam mengatur cara berpakaian, makan, istirahat, bermuamalah, bahkan bersantai atau rekreasi. Tentu saja hal itu sangat mempengaruhi, sangat menentukan kebiasaan manusia. Meskipun faktanya standar arsitektur Islam sepertinya hanya berlaku dalam pembangunan masjid ( dalam hal pemilihan dekorasi, desain atap, kerajinan kayu, sistem penerangan, corak permadani), namun bisa ditelusuri bahwasanya pola dasar tersebut mempengaruhi seluruh gaya arsitektur Islami.

Dari penjelasan diatas tersebut, maka pandangan-pandangan keliru mengenai Islam dalam kaitannya dengan arsitektur, dengan sendirinya akan terbantahkan. Karena sebelumnya kalangan orientalis berpandangan bahwa islam hanya mengatur masalah peribadatan saja, dan tidak mampu menyentuh aspek yang lainnya. Disinilah Islam menjawab keraguan kalangan orientalis tersebut dengan menyerukan pentingnya bermuamalah dengan tuhan, bermuamalah dengan manusia, juga yang tak kalah pentingnya menurut Islam adalah berinteraksi dengan alam semesta (termasuk didalamnya dunia arsitektur).
Sebelumnya sudah disinggung pula bahwa arsitektur adalah Center of Design. Artinya, arsitektur bisa digunakan untuk merusak juga bisa digunakan untuk memperbaiki. Dari sini, peran agama nampak terlihat dan sangat dibutuhkan. Ketika agama tidak berperan dalam mendesain sesuatu maka yang terjadi adalah kerusakan dan tidak adanya keindahan. Namun, ketika agama ikut berperan dalam mendesain sesuatu maka yang terjadi adalah kebaikan dan keindahan. Agama yang dimaksud disini adalah Islam. Contoh nyatanya ialah Islam menjaga betul apa yang disebut aurat. Aurat adalah kehormatan yang harus dijaga dari orang asing yang tidak berhak.
Dengan standar ini, seorang arsitek akan membuat sebuah bangunan yang bisa menjaga aurat penghuninya baik ada maupun tidak adanya tamu.
Selain itu, Islam pun mencintai keindahan.
“Sesungguhnya Allah itu indah, suka kepada keindahan”
Dalam hal ini, para arsitek-arsitek Islam dahulu kala telah mengimplementasikannya dalam bentuk bangunan monumental yang sulit mencari tandingannya dari segi keindahan yang lainnya.
Contoh kecilnya adalah Taj mahal. Taj mahal ini memiliki keindahan arsitektur yang tinggi. Bahan pualam putih sebagai material masjid diolah sedemikian rupa sehingga warna masjid ini senantiasa berubah sepanjang waktu-waktu tertentu. Keindahan masjid ini memberikan banyak inspirasi desain bagi siapa saja yang melihatnya secara langsung.




Penutup

Demikianlah sekelumit tentang arsitektur dalam perspektif Islam. Ternyata, kalau diteliti lebih mendalam kajiannya sangat luas dan komprehensif. Dan tulisan ini hanyalah pengantar semata. Yang perlu di catat di sini adalah pengetahuan arsitektur akan menjadi pengetahuan belaka ketika tidak diimplementasikan. Namun disisi lain juga, Implementasi tersebut akan menjadi buruk dan berbahaya apabila agama tidak ikut berperan. Dan hanya Islamlah yang bisa mengarahkan implementasi Arsitektur tersebut menuju implementasi yang Memanusiakan Manusia.



Sumber
http://archirevo.com
Dyayadi. 2008. Tata Kota menurut Islam: Konsep Pembangunan Kota yang Ramah Lingkungan, Estetik dan Berbasis Sosial. Jakarta: Khalifa
Laurens, Joyce Marcella. 2005. Arsitektur dan Perilaku Manusia. Jakarta: PT Grasindo

Sunday, May 16, 2010

Matematika Islam

Oleh : Dadan Maula Darmawan

Matematika menduduki tempat istimewa dalam ilmu pengetahuan Islam. Sumber studi matematika, sebagaimana sumber ilmu pengetahuan lainnya dalam Islam, adalah konsep Tauhid, yaitu ke-Esaan Allah. Kecintaan umat Islam kepada matematika langsung dikaitkan dengan bilangan pokok dari keimanan kepada Tuhan yang satu (Tauhid). Tuhan adalah satu bukan dua, tiga atau seterusnya, dari sini diperoleh angka satu, ahad atau wahid.

Setiap bilangan memiliki nilai yang disebut dengan angka. Peranan matematika dalam kehidupan pernah dilontarkan oleh seorang filsuf, ahli matematika, dan pemimpin spiritual Yunani, Phitagoras (569-500 SM), 10 abad sebelum kelahiran Rasulullah SAW. Phitagoras mengatakan, angka-angka mengatur segalanya.

Kemudian, 10 abad setelah kelahiran Rasulullah SAW, Galileo Galilea (1564-1642 M), mengatakan: Mathematics is the language in which God wrote the universe (Matematika adalah bahasa yang digunakan Tuhan dalam menulis alam semesta). Hal ini menunjukkan bahwa mereka mempercayai kekuatan angka-angka (bilangan) di dalam kehidupan. Senada dengan pendapat Galileo, Carl Sagan, seorang fisikawan dan penulis novel fiksi ilmiah, mengatakan, matematika sebagai bahasa yang universal.

Dalam Alquran disebutkan sejumlah angka-angka. Di antaranya, angka 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 19, 20, 30, 40, 80, 100, 200, 1000, 2000, 10 ribu, hingga 100 ribu. Penyebutan angka-angka ini, bukan asal disebutkan, tetapi memiliki makna yang sangat dalam, jelas, dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Misalnya, ketika ada yang bertanya mengenai jumlah penjaga neraka Saqar, dalam surah al-Muddatstsir ayat 31 disebutkan sebanyak 19 orang. Allah menciptakan langit dan bumi selama enam masa.

Penyebutan angka-angka ini, menunjukkan perhatian Alquran terhadap bidang ilmu pengetahuan, khususnya matematika. Yang sangat menakjubkan, beberapa angka-angka yang disebutkan itu memiliki keterkaitan antara yang satu dan lainnya. Bahkan, di antaranya tak terpisahkan

Sejarah Angka di Dunia

Hampir tak ada negara di dunia yang tak mengenal angka (bilangan). Semuanya mengenal angka 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 0. Angka-angka itu menjadi roh dalam ilmu matematika. Sulit dibayangkan, andai tak ditemukan angka-angka tersebut.

Menurut Salma Alif Sampayya, dalam bukunya Keseimbangan Matematika dalam Alquran , catatan angka pertama kali ditemukan pada selembar tanah liat yang dibuat suku Sumeria yang tinggal di daerah Mesopotamia sekitar tahun 3.000 SM.

Bangsa Mesir kuno menulis angka pada daun lontar dengan tulisan hieroglif yang dilambangkan dengan garis lurus untuk satuan, lengkungan ke atas untuk puluhan, lengkungan setengah lingkaran menyamping (seperti obat nyamuk) untuk ratusan, dan untuk jutaan dilambangkan dengan simbol seorang laki-laki yang menaikkan tangan. Sistem ini kemudian dikembangkan oleh bangsa Mesir menjadi sistem hieratik.

Bangsa Roma menggunakan tujuh tanda untuk mewakili angka, yaitu I, V, X, L, C, D, dan M, yang dikenal dengan angka Romawi. Angka ini digunakan di seluruh Eropa hingga abad pertengahan.Sementara itu, angka modern saat ini, berasal dari simbol yang digunakan oleh para ahli matematika Hindu India sekitar tahun 200 SM, yang kemudian dikembangkan oleh orang Arab. Sehingga, angka tersebut disebut dengan angka Arab.

Dibandingkan dari seluruh angka yang ada (1-9), angka 0 (nol) merupakan angka yang paling terakhir kemunculannya. Bahkan, angka nol pernah ditolak keberadaannya oleh kalangan gereja Kristen. Orang yang paling berjasa memperkenalkan angka nol di dunia ini adalah al-Khawarizmi, seorang ilmuwan Muslim asal Persia. Al khwarizmi juga adalah penemu dari beberapa cabang ilmu matematika yang dikenal sebagai astronom dan geografer. Ia adalah salah satu ilmuwan matematika terbesar yang pernah hidup, dan tulisan-tulisannya sangat berpengaruh pada jamannya. Teori aljabar juga adalah penemuan dan buah pikiran Al khwarizmi. Nama aljabar diambil dari bukunya yang terkenal dengan judul "Al Jabr Wa Al Muqabilah". Ia mengembangkan tabel rincian trigonometri yang memuat fungsi sinus, kosinus dan kotangen serta konsep diferensiasi. Dia memperkenalkan angka nol melalui karyanya tersebut. Angka nol ini kemudian dibawa ke Eropa oleh Leonardo Fibonacci dalam karyanya Liber Abaci , dan semakin dikenal luas pada zaman Renaisance dengan tokoh-tokohnya, antara lain, Leonardo da Vinci dan Rene Descartes.

Pada mulanya, angka nol digambarkan sebagai ruang kosong tanpa bentuk yang di India disebut dengan sunya (kosong, hampa).Hingga kini, angka nol memiliki makna yang sangat khas dan memudahkan seseorang dalam berhitung. Namun, ada kalanya keberadaan angka nol ini dapat menimbulkan kekacauan logika.

Rahasia Transformasi Gerakan Shalat

Shalat merupakan salah satu rukun Islam, Menurut KH. Fahmi Basya (Dosen Matematika Islam UIN Jakarta) penulis buku Matematika al-Qur’an dan Matematika Islam tidak hanya angka ajaib (angka 19), tapi ditunjukkan pula tentang putaran atau sudut yang dibuat saat melakukan shalat. Bukti ini dikenal dengan bentuk transformasi shalat. Salah satunya, salat gerhana berhubungan dengan terjadinya gerhana baik matahari maupun bulan. Dalam shalat gerhana ada dua kali rukuk, setiap ruku’ dianggap bersudut 90 derajat. Jika dijumlah maka sudutnya menjadi 180 derajat. Dalam matematika ini membentuk garis lurus. Ternyata, ratusan tahun kemudian para ahli baru menemukan bahwa gerhana pun terjadi akibat posisi bulan, bumi dan matahari yang berada pada satu garis lurus.

Ini merupakan sebagian kecil dari ilmu kebenaran Al-Quran yang telah diteliti maknanya, setelah beberapa tahun lalu oleh ilmuwan barat telah dibuktikan pula manfaat shalat dan puasa untuk kesehatan. Logikanya, jika dalam tiap kali kita melakukan ruku itu membentuk 90 derajat, maka dalam tiap satu raka’at itu kita membentuk 360 derajat, sebagaimana bumi berputar yang menandakan sebagai sebuah proses kehidupan. Hal ini bisa kita simpulkan bahwa orang hidup perlu salat yang berputar 360 derajat. Ini tentu saja berbeda dengan orang mati yang tidak lagi perlu salat, tidak lagi hidup, karena itu, salat mayit pun tidak disertai dengan gerakan-gerakan sujud dan ruku, karena memang tidak lagi bergerak atau mati.

Meyakini Kebenaran Alquran

Keistimewaan dan keajaiban angka-angka yang ada dalam Alquran, merupakan bukti keteraturan dan keseimbangan yang dilakukan oleh Sang Pencipta dalam menyusun dan membuat Alquran serta alam semesta. Tak mungkin manusia mampu melakukan keseimbangan dan keteraturan yang demikian sempurna itu dalam sebuah hasil karyanya, selain Allah SWT.

Dalam surah Al-Baqarah ayat 2-3, Allah menjelaskan tujuan dari diturunkannya Alquran, yakni menjadi petunjuk bagi umat manusia untuk membedakan antara yang hak (benar) dan yang batil (salah). Sebab, tidak ada yang perlu diragukan lagi semua keterangan Alquran. Karena itulah, seluruh umat Islam di dunia ini, wajib untuk meyakini dan mempercayai kebenaran Alquran.

Penyebutan angka-angka dan keteraturan yang terdapat di dalamnya, merupakan bukti keistimewaan dan kemukjizatan Alquran. Keseimbangan dan keteraturan sistem numerik (bilangan) dalam Alquran dengan penciptaan alam semesta, menggambarkan hanya Allah SWT sebagai Tuhan yang satu.

''Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.'' (QS Ali Imran: 190).

''Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu).'' (QS Yunus: 5).
''Dan tidaklah Kami menjadikan bilangan mereka itu melainkan untuk jadi cobaan bagi orang kafir, supaya orang-orang yang diberi Al-Kitab menjadi yakin dan supaya orang yang beriman bertambah imannya, dan supaya orang-orang yang diberi Al-Kitab dan orang Mukmin itu tidak ragu-ragu.'' (QS Al-Muddatstsir: 31).

Memberdayakan Umat, Dengan Ekonomi yang Selamat.

Memberdayakan Umat, Dengan Ekonomi yang Selamat.

Oleh: Ach. Baihaki

Pendahuluan:
Ekonomi islam akhir-akhir ini menjadi topik yang hangat dan banyak sekali diperbincangkan oleh berbagai kalangan. Ekonomi islam pada hakekatnya adalah sebuah sistem ekonomi yang berlandaskan kepada ajaran islam, dan menggali setiap prinsip dan pola pelaksanaannya kepada ajaran islam.
Sebagian besar umat islam menganggap bahwa islam adalah sebuah peradaban yang sempurna, didasarkan kepada mukjizat Rasulullah SAW yang abadi yaitu Al-qur’an sebagai penyempurna kitab-kitab yang pernah diturunkan sebelumnya. Namun kadang kala umat islam sering kali telat untuk untuk mengkaji dan mengembangkan nilai-nilai apa yang terkandung dalam Al-qur’an.
Dalam bidang ekonomi, umat islam telah mengklaim pada awal peradaban islam telah melahirkan berbagai konsep yang sempurna, yang pada saat itu baratpun belum mengalami pencerahan peradaban. Bagaimana hebatnya zakat yang merupakan bagian dari rukun islam dalam meratakan kesejahteraan dalam masyarakat. Orang yang lebih mampu dengan kadar tertentu (nisab) harus memberikan kelebihannya tersebut untuk orang yang sudah ditentukan untuk mendapatkannya (mustahik).
Ada sisi lain dalam penerapan sistem ekonomi syari’ah yang memiliki karakteristik tersendiri dan berbeda dengan sistem kapitalistik dan sistem ekonomi sosialis. Pada realitanya umat islam saat ini telah mencapai jumlah yang sangat besar secara kuantitas baik itu didunia secara umum, maupun di Indonesia secara khusus.
Tapi ini menjadi Ironi ketika jumlah yang banyak justru tidak bisa menjadi subjek dalam pembangunan ekonomi yang sesuai dengan keyakinannya, namun menjadi objek sebuah paham yang pada dasarnya tidak sesuai dengan keyakinan agama yang dipeluknya. Mampukah umat mendapat manfaat dari syari’at, sehingga kehidupan bisa lebih terasa bersemangat dan lebih nikmat? Mari kita coba menelaah ada apa, dan mengapa dengan ekonomi syari’at.

Mengenal Ekonomi Islam
Islam selalu mengajarkan kepada umatnya untuk selalu bekerja, optimis, kreatif, dinamis dan inovatif. Ajaran ini dimaksudkan agar umat islam selalu dapat menyesuaikan diri dengan percepatan perkembangan yang terjadi dalam masyarakat. Dengan ajaran tersebut, islam telah menjadi agama yang memiliki kekuatan dinamis dalam dunia modern ini. Sehingga islam telah menjadi agama yang diperhitungkan oleh agama-agama yang lain di dunia. Kondisi ini dilukiskan oleh John Robert Voll, 1997:
Islam merupakan suatu kekuatan yang dinamis dalam dunia kontemporer, pada tahun 1980-an, pada permulaan abad ke-15 H, kebangkitan islam semakin jelas kelihatan dan terasa kuat pengaruhnya. Sejak mulainya Revolusi Iran sampai ke wilayah Asia Tenggara dan Afrika Barat, seluruh dunia islam terlihat bergerak secara aktif. Keyakinan keagamaan yang sebelumnya tidak tercatat kini muncul unsur-unsur utama dalam banyak peristiwa dan kejadian.
Islam lebih menekankan agar tercipta simbiosis mutualisme antara para pelaku ekonomi, dan kesejahteraan bersama tercapai. Posisi yang sama yaitu sebagai sesama hamba Allah,SWT menjadi landasan. Sehingga dalam hal kepemilikan barang, modal ataupun yang lain bukanlah kepemilikan yang mutlak. Akan tetapi kepemilikan yang proporsional yang selalu memiliki titik singgung dengan Tuhan, dan kepemilikan yang mutlak adanya adalah kepemilikan Tuhan.
Manusia pada dasarnya adalah khalifah Allah,SWT di muka bumi. Sudah selayaknya berfikir bahwa harta bukanlah untuk di bawa mati, tetapi merupakan jalan menuju mati.
Ada tiga asas pokok filosofi ekonomi islam yang selanjutnya menjadi orientasi dasar ilmu ekonomi islam, ketiga asas pokok tersebut adalah:
Dunia dan segala isinya adalah milik Allah dan berjalan menurut kehendak-Nya;
Allah adalah pencipta semua makhluk dan semua makhluk tunduk kepada-Nya;
Iman kepada hari kiamat akan mempengaruhi tingkah laku ekonomi manusia menurut khorizon waktu.
Nilai-nilai dasar ekonomi yang berfalsafah tauhid, menurut saefuddin (1998), adalah meliputi:
Kepimilikan (ownership), dalam ekonomi islam kepemilikan terletak pada kemanfaatannya dan bukan menguasai secara mutlak terhadap sumber-sumber ekonomi.
Keseimbangan (Equilibrium), yang pengaruhnya terlihat pada berbagai aspek tingkah laku ekonomi muslim, misalnya kesederhanaan (moderation), berhemat (parsimony), dan menjauhi pemborosan (extravagance).
Keadilan (Justice), Qardawi menyatakan “Roh sistem islam adalah pertengahan yang adil” lebih lanjut Qardawi menyatakan bahwa:
“Islam telah mengharamkan setiap hubungan bisnis yang mengandung kedzaliman dan mewajibkan terpenuhinya keadilan yang teraplikasi dalam setiap hubungan dagang dan kontrak-kontrak bisnis. Oleh karena itu, islam melarang bai’al-gharar (jual beli yang tidak jelas sifat-sifat barang yang ditransaksikan) karena mengandung unsur ketidakjelasan yangmembahayakan salah satu pihak yang melakukan transaksi”.

Membedakan Sistem Ekonomi Syari’ah dengan Sistem Ekonomi Lainnya.

Setidaknya ada dua sistem ekonomi besar di dunia dan pengaruhnya sangat terasa bagi negara islam. Baik itu pada tataran pemikiran, semangat dan pada tataran praktek kehidupan ekonominya. Dan yang perlu menjadi catatan bahwa sebenarnya sistem ekonomi islamlah yang sebenarnya menjadi alternatif.
Karena paradigma yang berkembang saat ini, negara islam dan penduduknya adalah sebagai pangsa pasar dengan sedikit kemampuan daya tawar. Dan umumnya negara islam adalah negara miskin, karena umat tidak lagi mengamalkan islam yang kaffah, islam hanya terbatas pada ibadah ritual dan sengaja dipersempit sehingga prinsip ekonomi islampun sengaja tidak diajarkan. Maka dengan mudah umat menjadi objek, dan dibodohi dengan hanya menjadi konsumen dengan pola hidup yang sangat konsumerisme. Apa yang sebenarnya membedakan ekonomi islam dengan kedua sistem ekonomi lainnya akan coba penulis jelaskan.

Dalam sistem kapitalisme nilai instrumental terletak pada nilai persaingan sempurna dan kebebasan keluar masuk pasar tanpa hambatan, informasi dan bentuk pasar atomistik, dari tiap unit ekonomi, pasar yang monopolistik untuk mencegah perang harga dan pada waktu yang sama menjamin produsen dengan menetapkan harga-harga lebih tinggi dari pada biaya marginal (marginal cost). Sedangkan dalam marxisme, semua perencanaan ekonomi dilaksanakan secara sentral melalui proses berulan-ulang (iterasi) yang mekanistik, pemilikan kaum proletar terhadap faktor-faktor produksi diatur secara kolektif.

Dalam sistem ekonomi islam, nilai instrumental yang strategis dan sangat berpengaruh pada tingkah laku ekonomi manusia dan masyarakat serta pembangunan ekonomi umumnya, adalah meliputi: Zakat, larangan riba, kerja sama ekonomi, jaminan sosial, dan peran negara. Kepimilikan pribadi tidak dilarang, dengan batasan tidak mengganggu kepentingan orang lain.

Satu elemen yang merupakan ciri khas dalam ekonomi islam adalah ekonomi tanpa riba. Sebagai umat harusnya lebih sadar mengenai hal ini, sehingga kemampuan untuk bekerja lebih produktif dan lebih terasah. Karena orientasi dalam menyalurkan dan memanfaatkan dananya bukan semata-mata untuk mendapatkan laba sebesar-besarnya dengan pengorbanan sekecil-kecilnya. Tapi dalam islam adalah bagaimana mendapatkan laba yang sesuai dengan pengorbanan yang proporsional.

Dalam hal riba bukan hanya umat islam saja yang tidak berkenan dengan ini, namun para pemikir diluar islampun sudah mengakui kemudharatan sistem ini. Seperti Martin Luther King, Solon, Lord Keynes, Lord Bord Orr. Alangkah naifnya kita sebagai umat yang sudah secara jelas mengharamkan Riba, dan Allah SWT telah mengancam orang yang masih tetap mengambil riba dalam Al-qur’an seperti pada Al-Baqarah (275). Namun kita masih menyuburkan sistem transaksi ribawi.

Pelajaran Yang Dapat Diambil
Sistem islam memang lebih menjamin kebebasan dalam memanfaatkan sumber daya alam, dan sumber daya produksi lainnya tanpa merusak tatanan keseimbangan didalamnya. Dan sistem ekonomi-nya kembali kepada konsep segi tiga (triangel) filsafat Tuhan-Manusia-Alam yang saling mengutamakan eksistensi masing-masing dimana Tuhan terletak di sudut puncak.;
Dukungan pemerintah dan masyarakat untuk lebih meningkatkan kekuatan lembaga ekonomi syari’ah mutlak dibutuhkan. Dalam hal ini negara berperan sebagai pemilik manfaat sumber-sumber, produsen, distributor dan sekaligus pengawas dalam kehidupan ekonomi;
Bank sebagai lembaga intermediasi keuangan berfungsi sebagai manajer investasi. Dan mendidik masyarakat menabung sebagai sebuah gaya hidup sederhana dan bagian dari investasi;
Dalam akad mudharabah sebenarnya ini sangat bermanfaat sekali dalam mendorong perkembangan sektor riil.
Penutup
Kini saatnya memilih yang terbaik bagi umat islam tentunya, manakah yang terbaik dalam masalah ekonomi. Apakah masih mau menyuburkan sistem ribawi yang hanya akan menyuburkan kepentingan pihak yang memiliki modal besar tanpa memperhatikan masyarakat sekitar. Sehingga timbullah model penjajahan gaya baru, dimana umat islam hanya di manfaatkan sebagai sumber daya produksi yang murah, dan dari daerahnya di keruk sumber daya alam dengan harga yang murah untuk kepentingan negara maju. Dan umat hanya menjadi objek pemasaran, tanpa bisa mengembangkan potensi yang dimiliki karena jika ingin menjadi produsen, biaya modal yang harus dibayar terlalu mahal. Putuskan yang terbaik, karena kehidupan tak hanya didunia namun akhiratlah tempat hidup yang kekal dan hisab sudah menunggu untuk mempertanggung jawabkan dari mana harta kita dan kemana kita membelanjakannya?.

Homeopati ; Bangkitkan Sistem Pertahanan Tubuh

Homeopati ; Bangkitkan Sistem Pertahanan Tubuh

Indri Maulidya A.


Ketika sistem pertahanan tubuh makhluk hidup diserang oleh pasukan penyakit dari luar seperti virus, bakteri atau bibit penyakit lainnya. Dalam waktu yang sama, sistem pertahanan tubuh tersebut melakukan perlawanan untuk menaklukkan penyakit yang berusaha masuk maupun yang sudah masuk ke tubuhnya. Allah swt telah membekali setiap makhluk hidup dengan sistem pertahanan tubuh internal berpotensi tinggi. Sistem pertahanan ini apabila diarahkan dan dibangkitkan dengan tepat, dapat menyembuhkan hampir setiap jenis penyakit yang dideritanya. Tentunya dengan seizin Allah swt, tabib diatas segala tabib, dan penggenggam setiap hati dan ubun-ubun.
Pada kesempatan ini, saya ingin mengutip sedikit mengenai cara pengobatan homeopati yang mempunyai tujuan mendorong dan menstimulasi sistem pertahanan tubuh agar dapat menyembuhkan dirinya sendiri. "Let the body cure, don't force a cure, just stimulate the body to cure and fight the diseases by the body's own defense mechanism". Homeo yang berarti sama, dan Pathos yang artinya penyakit, jika digabung bermakna "penyakit yang sama". Apa yang akan dilakukan oleh penyakit yang sama? Ternyata penyakit/racun yang membuat orang sakit, dapat menjadi obat sekaligus menyembuhkan sampai ke akar-akarnya. Syaratnya adalah penyakit tersebut sudah tidak beracun lagi.
Inilah yang menjadi prinsip pengobatan homeopati, didasarkan pada hukum persamaan-persamaan alami yang mencakup tiga level fungsi; fisik, mental dan emosional. Prinsip ini dalam bahasa Yunani disebut similia simillibus curentur, atau like cures like dalam bahasa Inggris, sedangkan bahasa Indonesianya agar mudah diingat, penyakit makan penyakit. Contohnya adalah vaksinasi, tentunya kita semua pernah divaksin bukan? pernahkah kita bertanya apa yang ada dalam suntikan atau tetesan itu? Didalamnya adalah virus, bakteri atau racun yang sudah dilemahkan dan digunakan untuk menyembuhkan maupun mencegah dari serangan penyakit. Misalnya menyuntikan tubercular bacilli untuk memproteksi dari serangan Tuberculosis, racun tetanus untuk menyembuhkan tetanus. Apakah anda tahu, ide vaksinasi pertama kali diambil dari prinsip homeopati yang sudah berumur kurang lebih 250 tahun lalu?
Obat homeopati bersumber dari 75% tanaman, 15% mineral, dan 15% hewan. Obat-obatan ini tidak dalam bentuk racikan seperti jamu atau herbal, tetapi dibuat dengan diencerkan dan diberi potensi. Proses ini dalam bahasa homeopati disebut delusi. Big scientific puzzle mulai terlihat dari sini, ternyata obat yang mempunyai potensi (kadar obat) lebih tinggi dari potensi 12, sudah tidak memiliki sebuah atompun dari bahan obat asli yang tertinggal dalam delusi tersebut. Meskipun diupayakan untuk dideteksi dengan alat elektronik yang sangat sensitif sekalipun (potensi 1, didelusi dengan rasio 1:99). Sedangkan dalam terminologi homeopati obat yang berpotensi 12 adalah obat berpotensi rendah. Potensi 30, 200, 1.000, 100.000 dan lebih dari itu yang sering digunakan oleh para homeopath. Jika anda ingin meningkatkan potensi 100 menjadi potensi 100.000, jumlah yang dihasilkan akan lebih besar dari jumlah atom yang ada di seluruh alam semesta. Semakin tinggi potensi obat, semakin tinggilah energi yang dikandungnya, dan terbukti, bekerja lebih efektif. Disini kita dibimbing untuk meyakini keberadaan dan kebesaran rahasia Allah swt, karena yang tertinggal dalam delusi itu hanya sebentuk memori dari bahan asli. Bagaimana mungkin sistem pertahanan tubuh makhluk hidup dapat dirangsang oleh pesan yang sangat halus ini kecuali bila Allah menghendaki dan mentakdirkannya.

Arti sebuah kesehatan
Menurut Dr. Hahnemann, pencetus homeopati asal Jerman, "true cure is rapid, gentle and permanent restoration of health, or removal and annihilation of the diseases in its whole extent, in the shortest, most reliable and most harmless way, on easily comprehensible principle" Penyembuhan sebenarnya adalah pemulihan kesehatan secara cepat, lembut dan permanen, atau mencabut penyakit secara keseluruhan dalan waktu yang sesingkat-singkatnya dengan cara yang reliabel, dan tidak berbahaya dengan prinsip yang mudah dipahami. Tetapi jika kita perhatikan, sebenarnya pasien sendiri hanya butuh sembuh. Cara yang berbahaya ataupun tidak masuk akal sekalipun akan ditempuhnya agar dapat sembuh, atau minimal merasa lebih baik.
Kita tahu bahwa obat-obatan medis sekarang ini lebih banyak bersifat palliative-suppressive bukan curative. yaitu menyembuhkan sementara, tetapi tidak menyembuhkan secara total. Mengapa? Coba kita lihat disetiap kemasan obat tertulis side-effects, efek samping obat. Yang artinya jika obat tersebut terus menerus dikonsumsi tanpa pengawasan dokter, maka bisa berakibat buruk pada kesehatan. Contohnya obat Aspirin yang digunakan sebagai pain-reliever, dapat menyebabkan pendarahan sistem pencernaan. Obat yang digunakan untuk menurunkan tekanan darah dapat menimbulkan konstipasi dan impotensi. Streptomycin menyebabkan pusing-pusing, tinnitus dan tuli. Tetracycline mempunyai efek samping seperti sakit tenggorokan, susah menelan dan jika dikonsumsi pada ibu hamil akan menyebabkan tulang dan gigi janin cepat rapuh. Begitu juga antibiotik dan kortikosteroid yang sudah tidak diragukan lagi efek samping yang ditimbulkannya. Tidak ada salahnya menggunakan metode palliative (penyembuhan sementara), jika ditindaklanjuti dengan penyembuhan total. Tetapi jika metode ini terus menerus diterapkan, dikhawatirkan dapat membuat penyakit menjadi "bandel" atau menjurus ke penyakit yang lebih sulit disembuhkan dan akhirnya incurable.
Selain istilah palliation, ada juga istilah suppression yaitu menekan secara paksa suatu penyakit, agar symptom penyakit berhenti. Tetapi sisi negatifnya adalah, penyakit yang terpendam akan terus berusaha mencari jalan untuk keluar, semakin ditekan akan semakin menjalar kemana-mana. Dalam bahasa kedokteran penyakit akan terus bermetastasis ke organ-organ lain atau jaringan dalam tubuh. Sehingga tidak heran jika zaman sekarang penyakit-penyakit "aneh" bermunculan. Jika suppression ini natural, misalnya ketakutan, kemarahan, atau shok mental karena suatu kejadian, penyembuhkannya akan lebih mudah. Yaitu dengan menghilangkan faktor eksternal yang mempengaruhinya. Tetapi jika timbul dari drug-induces (penggunaan obat), suppression ini akan lebih sulit dan akan memakan waktu lama untuk kembali pulih.
Meskipun obat kimia bisa berbahaya di kemudian hari, kita tidak dapat menyangkal perannya dalam memerangi penyakit menakutkan. Dibawah pengawasan dokter secara ketat, obat tersebut telah terbukti menyelamatkan berjuta-juta nyawa, dan meringankan rasa nyeri yang ada dalam tubuh.
Beralih ke homeopati, sistem ini disebut sebagai alternatif dan komplemen, yaitu pasien dapat memilih; menggunakan sistem homeopati tanpa campur tangan pengobatan lain, atau bersamaan dengan pengobatan konvensional sebagai pelengkap. Sehingga dengan bertambah kuatnya sistem pertahanan tubuh, maka obat-obatan barat dapat dikurangi bahkan dihentikan.
Hazrat Mirza Tahir Ahmad, seorang homeopath besar Jamaah Ahmadiyah menyarankan, "jika diri pasien tidak memberikan respon yang baik kepada pengobatan homeopati, adalah tanggung jawab moral para dokter homeopati untuk menyarankannya agar mencari pengobatan alternatif yang lain. Sesuai sabda Rasulullah saw yang sangat masyhur, "semua penyakit ada obatnya kecuali kematian". Adalah suatu kesombongan untuk menyatakan bahwa homeopati telah menemukan penyembuhan yang efektif untuk semua penyakit. Banyak obat-obat manjur yang ditemukan dalam seluruh sistem pengobatan, mendustakan manfaatnya, sama dengan tindakan bunuh diri. Tentu saja, homeopati lebih baik daripada kebanyakan sistem pengobatan yang ada saat ini. Meskipun bukanlah satu-satunya dan ingatlah, tidak menyembuhkan bila Allah tidak menghendakinya".
"Wahai Allah, Tuhan seluruh alam, singkirkanlah penderitaan ini dan karuniakanlah kesembuhan, Engkau-lah Dzat Yang Maha Penyembuh, tidak ada kesembuhan kecuali dari Engkau, penyembuhan yang tidak meninggalkan sedikitpun penyakit lagi" (Bukhari-Muslim).

Mengenal Bapak Pendidikan Islam Indonesia; (KH. Hasyim Asyari dan KH. A. Dahlan)

Mengenal Bapak Pendidikan Islam Indonesia;
(KH. Hasyim Asyari dan KH. A. Dahlan)

Oleh : Kiki Mikail, SQ.

Pendahuluan
Telaah ilmiah terhadap perkembangan pemikiran islam dalam kehidupan sosial dan pendidikan Indonesia kontemporer tentunya tidak dapat kita pisahkan dari pemikiran dan perjuangan KH. Hasyim Asyari dan KH. Ahmad Dahlan. Dua sosok penting ini, selain berhak menyandang gelar pahlawan nasional juga berhak menyandang gelar sebagai bapak pendidikan Islam di tanah Air Indonesia. kiprah dan perjuangannya yang begitu sentral, utamanya di dalam bidang pendidikan telah menentukan arah pendidikan di tanah air, sebuah pendidikan yang berbasis keislamaan namun tetap sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan zaman (al-muhafazhah alal qadim as-Shalih wal akhdu al-jadid al-aslah). Demikian juga, apabila kita telaah lebih mendalam, sosok yang sangat kharismatik dan dikenal tak pernah menyerah ini juga memiliki peran yang amat penting dalam pergolakan-perjuangan dan penjemputan kemerdekaan Indonesia dari penjajahan kolonial Belanda dan Jepang.
Untuk mengapresiasi setinggi-tingginya perjuangan dan pemikiran kedua tokoh diatas, penulis akan berusaha sebaik mungkin, namun ringkas dalam mengupas sepak terjang dan perjuangan kedua tokoh tersebut dalam mewarnai dan menentukan arah pendidikan, keagamaan dan perpolitikan di tanah air Indonesia.
KH. Hasyim Asyari
Melukiskan sosok besar sekaliber KH. Hasyim Asyari serta pemikirannya yang sangat brilian tentunya bukanlah suatu hal yang mudah, karena ada kekhawatiran akan mereduksi gambaran sang tokoh dan karya-karyanya. Namun penulis berharap, semoga kekurangan-kekurangan yang ada dalam tulisan ini dapat merangsang dan memotivasi kita semua untuk terus menggali lebih dalam, baik seputar kelahiran, sosio-kultural, gagasan-gagasan besar dan peninggalan yang harus dirawat, serta pemikiran beliau yang dituangkan dalam karya kitab-kitanya yang monumental dan tersebar ditanah air.
Hadrat Asy-syaikh KH. Hasyim Asyari (lahir Jombang, Jawa Timur 14 Februari 1871 dan meninggal 25 Juli 1947) selain konseptor khittah perjuangan NU juga adalah pendiri organisasi massa Islam terbesar di Indonesia dan dunia[1]. Pemikiran dan perjuangannya yang tertuang dalam khittah perjuangan NU terlihat jelas dalam mewarnai pendidikan, perpolitikan dan syariat Islam di Tanah air. Tokoh penting yang telah meninggalkan kita berpuluh-puluh tahun yang silam ini juga telah melakukan gebrakan yang amat dahsyat dan telah meninggalkan warisan peradaban pemikiran yang amat berharga di tanah air. Kitabnya yang berjudul Al-‘Alim wa Al-Muta’allimin yang beliau konsep sebagai batu dasar pendidikan Islam dan didasari oleh kesadaran akan perlunya literatur yang membahas tentang etika (adab) dalam mencari ilmu pengetahuan. Sehingga menurut beliau menuntut ilmu itu merupakan pekerjaan agama yang sangat mulia dan luhur sehingga orang yang mencarinya harus memperlihatkan etika-etika kesucian yang luhur pula.[2]
Gebrakan-gebrakannya dalam dimensi sosio kultural, keagamaan dan perpolitikan serta dalam mencetak ulama-ulama dan pemimpin Indonesia seperti : KH. Wahid Hasyim (Mantan Menteri agama RI, dan pendiri UIN Yogyakarta dan UIN Ciputat),[3] KH. Mustofa Bishri (Kiayi dan Budayawan), KH. Sahal Mahfuz (ketua rais am NU), KH. Abdur Rahman Wahid (Mantan Ketua PB NU dan Presiden RI) Prof. Dr. KH. Said Agil Siradz (Ketua Tanfidziah PB NU dan pemikir pembaharuan Islam) telah mengantarkan Indonesia menjadi negara yang berbasis Muslim terbesar namun tetap terlihat dihargai dan disegani diseluruh pelosok penjuru bumi.
Karya-karya dan pemikiran KH. Hasyim Asyari banyak yang dijadikan acuan dalam menjawab pelbagai persoalan dan problematika yang dihadapi masyarakat Indonesia. Misalnya, ketika umat Islam banyak yang belum faham persoalan tauhid atau aqidah, Kiai Hasyim lalu menyusun kitab tentang aqidah, diantaranya Al-Qalaid fi Bayani ma Yajib min al-Aqaid. Sebagai seorang ulama besar dan bapak pendidikan Islam Indonesia, K. H. Hasyim Asy’ari tentunya telah menyumbangkan banyak hal yang berharga bagi pengembangan peradaban di Indonesia, diantaranya adalah sejumlah sumbangan literatur yang berhasil ditulisnya seperti: (1) Adab Al-‘Alim wa Al-Muta’allimin, (2) Ziyadat Ta’liqat, (3) Al-Tanbihat Al-Wajibat Liman, (4) Al-Risalat Al-Jami’at, (5) An-Nur Al-Mubin fi Mahabbah Sayyid Al-Mursalin, (6) Hasyiyah ‘Ala Fath Al-Rahman bi Syarh Risalat Al-Wali Ruslan li Syekh Al-Isam Zakariya Al-Anshari, (7) Al-Durr Al-Muntatsirah fi Al-Masail Al-Tis’i Asyrat, (8) Al-Tibyan Al-Nahy’an Muqathi’ah Al-Ikhwan, (9) Al-Risalat Al-Tauhidiyah, (10) Al-Qalaid fi Bayan ma Yajib min Al-‘Aqaid.
Selain aktif dalam bidang dakwah, KH Hasyim Asyari juga aktif dalam perpolitikan nasional, itu terlihat ketika beliau terpilih sebagai ketua umum partai politik Masyumi pada tahun 1945. Dan Berdasarkan keputusan Presiden No. 29/1964, KH Hasyim Asyari diakui sebagai seorang pahlawan kemerdekaan nasional, suatu bukti nyata bahwa beliau bukan hanya tokoh utama agama, melainkan juga sebagai tokoh nasional Republik Indonesia.
KH. A. Dahlan
KH. Ahmad Dahlan (lahir di Yogyakarta, 1 Agustus 1868 M dan Meninggal di Yogyakarta, 23 Februari 1923 M pada umur 54 tahun) adalah Pendiri organisasi massa Islam yang kemudian di sebut Muhammadiyah, yang konon memiliki anggota terbesar, di seantero dunia Islam. Beliau adalah seorang ulama besar tanah air, yang teguh dengan ketinggian ilmu dan keluhuran pribadinya, seorang reformis yang cerdas dan fenomenal. Beliau juga adalah pahlawan Nasional sesuai dengan surat keputusan Presiden RI no. 657 tahun 1961 dan apabila kita lihat dari silsilah keturunan, beliau termasuk keturunan yang kedua belas dari syeikh Maulana Malik Ibrahim (salah seorang yang terkemuka di antara walisongo), pelopor penyebaran agama Islam di tanah Jawa[4].
Sebetulnya, pada awal-awal penyebaran pemahaman dan gagasannya, KH. Ahmad Dahlan mendapat tantangan dan ujian yang sangat berat dengan ditolaknya ajaran beliau, karena pada waktu itu memang gagasan dan pemikirannya belum mampu diterima oleh masyarakat Indonesia yang masih “kolot”. Namun, berkat kesabaran dan keuletannya dalam mensyiarkan ajaran Islam, ajaran dan pemahaman ini mulai diterima terutama oleh keluaraga, karib kerabat dan teman sejawat beliau.
Pada tahun 1912, Ahmad Dahlan (dengan nama kecil Muhammad Darwisy) mendirikan organisasi massa Islam untuk melaksanakan cita-cita pembaharuan Islam di bumi Nusantara. Ahmad Dahlan ingin mengadakan suatu pembaharuan dalam cara berpikir dan beramal masyarakat Indonesia menurut tuntunan agama Islam. la ingin mengajak umat Islam Indonesia untuk kembali hidup sesuai dengan tuntunan al-Qur'an dan al-Hadits dan menolak segala sesuatu yang memang datang bukan dari Islam. Kemudian, didirikanlah organisasi Muhammadiyah pada tanggal 18 November 1912. Dari semenjak awal berdirinya, KH. Ahmad Dahlan dengan tegas telah menetapkan bahwa Muhammadiyah bukan organisasi politik tetapi organisasi bersifat sosial dan konsen bergerak dalam bidang pendidikan.
Dari situ, nampak sekali langkah-langkah pembaruan yang bersifat ”reformasi” yang dilakukan KH. Ahmad Dahlan, dengan merintis lembaga pendidikan ”modern” yang memadukan pelajaran agama dan umum. gagasan pendidikan yang dipelopori Kyai Dahlan, merupakan pembaruan karena mampu mengintegrasikan aspek iman dan kemajuan, sehingga dihasilkan sosok generasi muslim terpelajar yang mampu hidup di zaman modern tanpa terpecah kepribadiannya
Untuk itu, tidak aneh kalau kita saksikan di seluruh daerah-daerah yang ada di Tanah air terdapat sekolah-sekolah Islam Muhammadiyah, dari tingkat Taman Kanak-kanak hingga perguruan tinggi, karena sejatinya organisasi ini didirikan hanya untuk menjaga maratabat bangsa Indonesia dengan mencerdaskan masyarakat Indonesia melalui jalur pendidikan.
Langkah pembaharuan Islam yang orsinil lainnya dari sosok ulama kharismatik ini dapat kita lihat dalam pemahaman dan pengamalan beliau dalam surat Al-Maun. Gagasan dan pelajaran tentang Surat Al-Maun dari KH. Ahmad Dahlan merupakan contoh yang paling monumental yang berorientasi pada amal sosial dan kesejahteraan. Langkah monumental ini dalam wacana Islam kontemporer disebut dengan ”teologi transformatif”, karena menurut beliau Islam tidak sekadar menjadi seperangkat ajaran ritual-ibadah dan hubungan dengan Allah (hablum min Allah) an-sich, tetapi justru peduli dan terlibat dalam memecahkan masalah-masalah konkret yang dihadapi manusia. Inilah ”teologi amal” yang tipikal dan khas dari guru besar kita Kyai Ahmad Dahlan, sebagai bentuk dari gagasan dan sumbangsih pembaruan lainnya di negeri ini.
Selain itu, beliau ingin menjadikan Islam sebagai kekuatan yang dinamis untuk mentransformasi sosial dalam dunia nyata kemanusiaan melalui gerakan “humanisasi” (mengajak pada serba kebaikan) dan “emanisipasi” atau “liberasi” (pembebasan dari segala kemunkaran), sehingga Islam diaktualisasikan sebagai agama Langit yang Membumi, yang menandai terbitnya fajar baru Reformisme atau Modernisme Islam di Indonesia[5].
Suatu hal yang selalu penulis ingat dari ajaran guru kita KH. Ahmad dahlan, beliau dalam memaknai kata tajdid dalam Islam menurutnya mengandung dua pengertian, yakni pemurnian (purifikasi) dan pembaruan (dinamisasi). Pemurnian yang dimaksud oleh Ahmad dahlan adalah pembersihan ajaran Islam dari segala macam bentuk syirik kepada Allah serta pembersihan ajaran yang memang bukan dari Islam seperti bid’ah dan khurafat. Kemudian dalam bidang pemahaman terhadap ajaran agama Islam, beliau merombak taklid yang kemudian memberikan kebebasan dalam berijtihad. Sedangkan pembaharuan menurut beliau adalah umat Islam harus siap menerima pembaharuan selama itu baik untuk kejayaan dan kemajuan Islam serta tidak bertentangan dengan kaidah-kaidah dasar ajaran Islam.
Selain itu, Mengenai peran akal, KH. Ahmad Dahlan memandang kenisbian akal dalam masalah akidah. Sehingga formulasi akal menurut beliau sebagai berikut : Allah tidak menyuruh kita membicarakan hal-hal yang tidak dapat dicapai oleh akal dalam kepercayaan, sebab lanjutnya, akal manusia tidak mungkin mencapai pengertian tentang Dzat allah dan hubungan-Nya dengan sifat-sifat yang ada pada Allah Swt.
Penutup
Pemikiran dan perjuangan khususnya dalam bidang pendidikan dari kedua tokoh ini patut untuk kita jadikan suri teladan terutama dalam usaha-usaha mereka dalam mencerdaskan bangsa Indonesia di tengah kolonialisasi penjajahan Belanda dan Jepang. Peranan dan ketokohan KH Hasyim Asyari dan KH. Ahmad Dahlan dikalangan Masyarakat Indonesia selain sangat sentral tetapi kini menjadi tipe utama seorang pemimpin. Berkat kejeniusannya, mereka telah berhasil mencetak alim ulama dan para pemimpin Republik Indonesia dari generasi ke generasi. Untuk itu, ke depan kita berharap semoga bangsa Indonesia dapat terus melahirkan tokoh-tokoh yang bertipikal dan berpendirian seperti mereka, sehingga bangsa ini dengan sendirinya menjadi bangsa yang cerdas dan disegani di mata dunia.





DAFTAR PUSTAKA
· Ricklefs, M.C., Sejarah Indonesia Modern dari tahun 1200-2008, Jakarta: PT Serambi Ilmu semesta 2008
· Effendi, Djohan, Pembaharuan Tanpa Membongkar Tradisi, Jakarta: Kompas Maret 2010
· Asyari, Suaidi, Nalar Politik NU dan Muhammadiyah, Yogyakarta: LkiS 2009
· A. Mujib, Dkk. Intelektualisme Pesantren, Jakarta : PT. Diva Pustaka 2004
· Sutrisno, Kutojo dan Safwan, Mardanas, KH. Ahmad Dahlan: Riwayat hidup dan perjuangannya, Bandung: Angkasa 1991
· Salam, Yunus, Riwayat Hidup KHA. Dahlan. Amal dan perjuangannya. Jakarta: Depot Pengadjaran Muhammadijah 1968.
·

[1] Djohan Effendi, Pembaharuan Tanpa Membongkar Tradisi, h 1, Jakarta: Kompas March 2010
[2] A. Mujib, Dkk., Intelektualisme Pesantren, PT. Diva Pustaka. Jakarta. 2004 h. 321
[3] Djohan Effendi, Pembaharuan Tanpa Membongkar Tradisi, h 6, Jakarta: Kompas March 2010
[4] Kutojo, Sutrisno dan Mardanas Safwan, K.H. Ahmad Dahlan : riwayat hidup dan perjuangannya. Bandung: Angkasa 1991.
[5] http://www.suara-muhammadiyah.or.id